Senin, 19 Mei 2014

seorang anak yang sedang mencari jati diri nya tetapi terlalu dikekang oleh orang tuanya.



BAB 1
A. PENDAHULUAN
1.     Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurna dari makhluk lainnya. Dengan segala kelebihan yang dimiliki manusia dibanding makhluk lainnya membuat manusia memiliki kedudukan atau derajat yang lebih tinggi. Manusia juga disertai akal, pikiran, perasaan sehingga manusia dapat memenuhi segala keinginannya yang diberikan Tuhan YME.
Manusia adalah mahluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, dan mati. Serta terkait serta berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik, baik itu positis maupun negatif.
Manusia juga sebagai mahkluk individu memiliki pemikiran-pemikiran tentang apa yang menurutnya sesuai ketika tindakan-tindakan yang ia ambil dan sebagai makhluk sosial yang saling berhubungan dan keterkaitannya dengan lingkungan dan tempat tinggalnya.
Manusia sering kali mengalami masalah, masalah itulah yang membuat mereka sebagai mahluk individual akhirnya harus menyelesaikanya. Permasalahan manusia bermacam-macam ada yang mengenai lingkungan keluarganya, lingkungan sekolah, lingkungan sosial dll yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Manusia sendiri dalam tahap perkembanganya bertahap dari masa kanak-kanak, remaja dan masa perkembangan. Dalam tahap perkembangan itulah seorang manusia atau bisa disebut dengan seorang anak mulai mencari jati dirinya sebagai mahluk yang diciptakan untuk bergaul dalam kehidupan sosial.
Pada makalah ini saya akan membahas mengenai masalah seorang anak yang sedang mencari jati diri nya tetapi terlalu dikekang oleh orang tuanya.

2.    Rumusan Masalah
1.    Apakah yang dimaksud pengertian manusia sebagai mahluk individu?
2.    Apakah yang dimaksud pengertian manusia sebagai mahluk sosial
3.    Bagaimanakah Pengembangan manusia sebagai mahluk individu dan sosial
4.    Bagaimanakah perkembangan manusia (anak) yang mencari jati dirinya sebagai mahluk individual dan mahluk sosial?
5.    Apakah yang dimaksud dengan teori motivasi dan bagaimanakah hubungan nya dengan seorang anak yang sedang mencari jati dirinya?

3.        Tujuan Makalah
       Makalah ini bertujuan untuk mengetahui:
1.    Pengertian manusia sebagai mahluk individu
2.    Pengertian manusia sebagai mahluk sosial
3.    Pengembangan manusia sebagai mahluk individu dan sosial
4.    Perkembangan anak dan jati dirinya sebagai mahluk individu dan sosial
5.    Hubungan teori motivasi dengan jati diri

6.     
BAB II
B. MANUSIA SEBAGAI MAHLUK INDIVIDU DAN MAHLUK SOSIAL
1.        Pengertian  Manusia sebagai mahluk Individu
Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah swt. yang pada hakikatnya mereka sebagai makhluk individu. Adapun yang dimaksud individu menurut(Effendi, 2010: 37) adalah berasal dari kata in dan divided. Dalam bahasa Inggris in mengandung pengertian tidak, sedangkan divided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi atau satu kesatuan. Dalam hal ini, artinya bahwa manusia sebagai makhluk individu merupakan kesatuan aspek jasmani dan rohani atau fisik dan psikologis, apabila kedua aspek tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai individu.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki keunikan atau ciri khas masing-masing, tidak ada manusia yang persis sama meskipun terlahir kembar. Secara fisik mungkin manusia akan memiliki banyak persamaan namun secara psikologis akan banyak menunjukan perbedaan. Ciri khas dan perbedaan tersebut sering disebut dengan kepribadian. Kepribadian seseorang akan sangan dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungannya.
Menurut Nursid Sumaatmadja (Effendi, 2010:39) kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fisikal (fisik dan psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya jika mendapat rangsangan dari lingkungan.Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukkan karakteristik yang khas dari seseorang.Secara normal, setiap manusia memiliki potensi dasar mental yang berkembang dan dapat dikembangkan yang meliputi (1) minat (sense of interest), (2) dorongan ingin tahu (sense of curiousity), (3) dorongan ingin membuktikan kenyataan (sense of reality) (4) dorongan ingin menyelidiki (sense of inquiry), (5) dorongan ingin menemukan sendiri (sense of discovery). Potensi ini berkembang jika adanya rangsangan, wadah dan suasana kondusif. Jika fenomena sosial di lingkungannya telah tumbuh potensi-potensi mental yang normalnya akan terus berkembang.
Berawal dari potensi-potensi tersebut, manusia sebagai makhluk individu ingin memenuhi kebutuhan dan kehendaknya masing masing, ingin merealisasikan dan mengaktualisasikan dirinya. Dalam arti ia memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Setiap individu akan berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan jati dirinya yang berbeda dengan yang lainnya, tidak ada manusia yang betul-betul ingin menjadi orang lain, dia tetap ingin menjadi dirinya sendiri sehingga dia selalu sadar akan keindividualitasnya.
Menurut Zanti Arbi dan Syahrun (Sadulloh, 2009:81) menyatakan bahwa setiap orang bertanggung jawab atas dirinya, atas pikiran, perasaan, pilihan, dan perilakunya. Orang yang betul-betul manusia adalah orang yang bertanggung jawab penuh. Tidak ada orang lain yang daoat mengambil alih tanggung jawab dalam hidupnya. Kata hatinya adalah kata hatinya sendiri.
Adapun dalam hal ini sebagai orang tua harus memahami bahwa anak memiliki potensi untuk berkembang yang ingin menjadi pribadinya sendiri. Anak dalam perkembangannya akan memperoleh pengeruh dari luar, baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja, tetapi anak akan mengambil jarak terhadap pengaruh-pengaruh tersebut. Dia akan memilihnya sendiri. Pengaruh tersebut akan dia olah secara pribadi, sehingga apa yang dia terima akan merupakan bagian dari dirinya sendiri sehingga anak menjadi pribadi individu yang berbeda dan tidak sama dengan yang lainnya. Selain itu, orangtua harus sadar bahwa anak bukan satu satunya manusia yang berhak untuk mendidik anak tersebut. pendidikan tidak boleh memaksa anak untuk mengikuti atau menuruti segala kehendaknya, karena dalam diri anak ada suatu prinsip pembentukan dan pengembangan yang ditentukan oleh dirinya sendiri.

2.    Pengertian Manusia sebagai mahluk sosial
Menurut kodratnya manusia selain sebagai makhluk individu, mereka juga merupakan makhluk sosial. Adapun yang dimaksud Istilah sosial menurut Kappara”Sosial” berasal dari akar kata bahasa Latin Socius, yang artinya berkawan atau masyarakat. Sosial memiliki arti umum yaitu kemasyarakatan dan dalam arti sempit mendahulukan kepentingan bersama atau masyarakat.
Adapun dalam hal ini yang dimaksud manusia sebagai makhluk sosial adalah makhluk yang hidup bermasyarakat, dan pada dasarnya setiap hidup individu tidak dapat lepas dari manusia lain. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya.
Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Seperti kita ketahui bahwa sejak bayi lahir sampai usia tertentu manusia adalah mahkluk yang tidak berdaya, tanpa bantuan orang-orang disekitar ia tidak dapat berbuat apa apa dan untuk segala kebutuhan hidup bayi sangat tergantung pada luar dirinya seperti orang tuanya khususnya ibunya. Bagi si bayi keluarga merupakan segitiga abadi yang menjadikelompoksosialpertama di kenalnya.Pada perjalanan hidup yang selanjutnya keluarg aakan tetap menjadi kelompok pertama tempat meletakan dasar kepribadian dan proses pendewasaan yang didalamnya selalu terjadi “sosialisasi” untuk menjadi manusia yang mengetahui pengetahuan dasar, nilai-nilai, norma sosial dan etika-etika pergaulan.
Manusia dapat dikatakan makhluk sosial karena pada dirinya terdapat dorongan untuk berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain, dimana terdapat kebutuhan untuk mencari berteman dengan orang lain yang seringdidasariataskesamaanciriataukepentinganmasing masing. Manusia juga tidak akan bisa hidup sebagaimana manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya. Makhluksosial adalah makluk yang terdapat dalam beragam aktivitas dan lingkungan sosial. Meliputi interaksinya maupun bagaimana kehidupannya dalam lingkungan lingkungansosial yang menjadi tempat manusia itu tinggal. Tempat mereka berkembang biak dan melakukan berbagai aktivitas dalam mengisi hidup mereka dengan berkehidupan sosial.
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa anusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan:
a.       Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b.       Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
c.       Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d.      Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

3. Pengembangan manusia sebagai mahluk individu dan mahluk sosial
a.    Pengembangan manusia sebagai makhluk individu
Sebagai makhluk individu yang menjadi satuan terkecil dalam suatu organisasi atau kelompok, manusia harus memiliki kesadaran diri yang dimulai dari kesadaran pribadi di antara segala kesadaran terhadap segala sesuatu. Kesadaran diri tersebut meliputi kesadaran diri di antara realita, self-respect, self-narcisme, egoisme, martabat kepribadian, perbedaan dan persamaan dengan pribadi lain, khususnya kesadaran akan potensi-potensi pribadi yang menjadi dasar bagi self-realisation.
Sebagai makhluk individu, manusia memerlukan pola tingkah laku yang bukan merupakan tindakan instingtif belaka. Manusia yang biasa dikenal dengan Homo sapiens memiliki akal pikiran yang dapat digunakan untuk berpikir dan berlaku bijaksana. Dengan akal tersebut, manusia dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam dirinya seperti, karya, cipta, dan karsa. Dengan pengembangan potensi-potensi yang ada, manusia mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia seutuhnya yaitu makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Perkembangan manusia secara perorangan pun melalui tahap-tahap yang memakan waktu puluhan atau bahakan belasan tahun untuk menjadi dewasa. Upaya pendidikan dalam menjadikan manusia semakin berkembang. Perkembangan keindividualan memungkinkan seseorang untuk mengmbangkan setiap potensi yang ada pada dirinya secara optimal.
Sebagai makhluk individu manusia mempunyai suatu potensi yang akan berkembang jika disertai dengan pendidikan. Melalui pendidikan, manusia dapat menggali dan mengoptimalkan segala potensi yang ada pada dirinya. Melalui pendidikan pula manusia dapat mengembangkan ide-ide yang ada dalam pikirannya dan menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia itu sendiri.
b. Pengembangan manusia sebagai mahluk sosial
Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang interdependensi. Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
Pada zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri. Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih saying, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.
Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, “manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan”. Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar.
Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang. Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani.





BAB III
C. PERKEMBANGAN ANAK DAN JATI DIRINYA SEBAGAI MAHLUK INDIVIDU DAN MAHLUK SOSIAL
            Dalam perkembangannya seorang anak mempunyai tahapan-tahapan dimulai dari anak itu berusia 1-5 tahun, 6-12 tahun, 13 -18 tahun memasuki remaja dan sampai pada tingkat dewasa. Seorang anak mempunyai permasalahan-permasalahan yang cukup banyak dalam perkembanganya , diantaranya permasalahan dimana anak itu mencari jati dirinya yang biasanya .
Banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa anak dalam perkembanganya sedang mencari jati diri sebenarnya ketika anak itu mulai memasuki remaja. Masa remaja adalah masa transisi atau masa peralihan dimana tidak bisa disebut orang dewasa namun juga tidak bisa disebut sebagai anak-anak. Pada masa remaja ini sering kali terjadi krisis identitas, pencarian identitas diri remaja yaitu usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat.
Selain sedang mencari jati diri remaja sebenarnya juga perlu beraktualisasi diri atau perlu pengakuan dari orang lain. Ketika mereka gagal menemukan identitas diri dan gagal beraktualisasi diri di dalam lingkungan seperti keluarga, sekolah atupun masyarakat sekitar, maka sering kali remaja mencoba mencari jati diri dan beraktualisasi di luar lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat sekitarnya dan sering kali mereka memperoleh jati diri sementara waktu serta bisa beraktualisasi diri di dalam geng motor-geng motor yang kebetulan menerima keberedaan diri mereka.
Keikutertaan remaja-remaja ini ke dalam geng motor juga sering kali dipicu oleh lingkungan sosial seperti keluarga, sekolah dan masyarakat yang kurang mendukung serta kurang memberikan ruang bagi para remaja untuk beraktualisasi diri dan juga dalam upaya remaja tersebut menemukan identitas dirinya sendiri.
Ketika para remaja tersebut beraktualisasi dan sudah berada di dalam kelompok geng motor maka secara perlahan mereka akan menerima nilai-nilai yang ada dalam kelompok geng motor tersebut. Nilai-nilai ini antara lain adalah solidaritas dan juga rasa senasib sepenanggungan, serta rasa tanggung jawab bersama meskipun dalam hal-hal yang salah.
Pengawasan orang tua kepada anak yang menginjak masa remaja sangat dibutuhkan oleh anak itu sendiri , apalagi anak yang sedang dalam proses mencari jati dirinya. Remaja sering kali melenceng dalam proses pencarian jati dirinya, dimana mereka bahkan tidak peduli dengan kehidupan sosial nya. Peran orang tua sangat dibutuhkan untuk memberi pemahaman kepada anak-anak mereka yang mulai memasuki masa remaja tentang perlunya pemahaman pencarian jati diri yang memperhatikan status manusia bukan hanya sebagai mahluk individu tetapi juga mahluk sosial kepada anak.
Dengan pemahaman kepada anak yang diberikan orang tua mengenai status manusia sebagai mahluk individu juga mahluk sosial, setidaknya memberikan gambaran kepada anak dalam proses pencarian jati diri agar tidak melenceng dengan perbuatan-perbuatan yang buruk.
Seorang remaja yang ikut gank motor  tadi misalkan bisa di cegah dengan pemberian pengetahuan mengenai kehidupan sosial sebagai mahluk individu bagaimana cara bersikap di dalam kehidupan bermasyarakat , dan bagaimana mereka bisa menyesuaikan diri mereka ke dalam lingkungan. Karena proses pencarian jati diri pada seorang anak bisa didapatkan secara bertahap dengan melakukan hal-hal yang baik dalam perkembangannya.
Jati diri yang dapat ditumbuhkan pada umumnya terjadi melalui sosialisasi lingkungan melalui proses interaksi stimulis respons yang terjadi secara serial. Itu berarti dari lingkungan anak juga dapat terbangun jati dirinya. Lingkungan yang kondusif untuk membangun jati diri anak, menurut saya dapat dibedakan menjadi dua hal, yakni: lingkungan alam yang telah tersedia di lingkungan kita dan lingkungan artifi cial atau lingkungan yang diciptakan.
           
           
D. HUBUNGAN TEORI MOTIVASI DENGAN JATI DIRI
Dalam proses pencarian jati diri seorang anak yang menginjak masa remaja berhubungan dengan teori motivasi. Teori motivasi Motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah- laku, dan di dalam perbuatanya itu mempunyai tujuan tertentu. Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu di mulai dengan motivasi (niat).
Menurut Wexley & Yukl (dalam As’ad, 1987) motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif, dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif. Sedangkan menurut Mitchell (dalam Winardi, 2002) motivasi mewakili proses- proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu. Sedangkan menurut Gray (dalam Winardi, 2002) motivasi merupakan sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu.
Morgan (dalam Soemanto, 1987) mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah: keadaan yang mendorong tingkah laku ( motivating states ), tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut ( motivated behavior ), dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut ( goals or ends of such behavior ). McDonald (dalam Soemanto, 1987) mendefinisikan motivasi sebagai perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi mencapai tujuan. Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula (Suprihanto dkk, 2003).
Soemanto (1987) secara umum mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan bagi tingkahlaku mencapai tujuan,telah terjadi di dalam diri seseorang.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah merupakan sejumlah proses- proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu, baik yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi.
          Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Motivasi sebagai proses batin atau proses psikologis dalam diri seseorang, sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain :
1. Faktor Ekstern
 Lingkungan kerja Pemimpin dan kepemimpinannya Tuntutan perkembangan organisasi atau tugas Dorongan atau bimbingan atasan .
2. Faktor Intern
Pembawaan individuTingkat pendidikan Pengalaman masa lampau Keinginan atau harapan masa depan. 
Sumber lain mengungkapkan, bahwa didalam motivasi itu terdapat suatu rangkaian interaksi antar berbagai faktor. Berbagai faktor yang dimaksud meliputi : Individu dengan segala unsur-unsurnya : kemampuan dan ketrampilan, kebiasaan, sikap dan sistem nilai yang dianut, pengalaman traumatis, latar belakang kehidupan sosial budaya, tingkat kedewasaan, dsb. Situasi dimana individu bekerja akan menimbulkan berbagai rangsangan: persepsi individu terhadap kerja, harapan dan cita-cita dalam keja itu sendiri, persepsi bagaimana kecakapannya terhadap kerja, kemungkinan timbulnya perasaan cemas, perasaan bahagia yang disebabkan oleh pekerjaan.
Proses penyesuaian yang harus dilakukan oleh masing-masing individu terhadap pelaksanaan pekerjaannya. Pengaruh yang datang dari berbagai pihak : pengaruh dari sesama rekan, kehidupan kelompok maupun tuntutan atau keinginan kepentingan keluarga, pengaruh dari berbagai hubungan di luar pekerjaan  Reaksi yang timbul terhadap pengaruh individu Perilaku atas perbuatan yang ditampilkan oleh individu Timbulnya persepsi dan bangkitnya kebutuhan baru, cita-cita dan tujuan.
Jenis-jenis motivasi ada motivasi positif dan motivasi negatif, motivasi positif adalah proses untuk mencoba mempengaruhi orang lain agar menjalankan sesuatu yang kita inginkan dengan cara memberikan kemungkinan untuk mendapatkan hadiah. Motivasi negatif adalah proses untuk mempengaruhi seseorang agar mau melakukan sesuatu yang kita inginkan tetapi teknik dasar yang digunakan adalah lewat kekuatan ketakutan.
Bukti yang paling dasar terhadap keberhasilan suatu bentuk motivasi adalah hasil yang diperoleh dari pelaksanaan suatu pekerjaan.
Hubungan Teori motivasi jadi sangat berkaitan dengan proses pembentukan jati diri yakni suatu sikap untuk mempengaruhi seorang anak agaar termotivasi dalam dirinya , dengan termotivasi nya diri anak itu akan membuat anak dalam mencari jati dirinya tidak kehilangan arah , dan membuat anak berpikir dalam proses menentukan jati dirinya , mereka setidaknya sadar bahwa dalam proses pencarian jati diri harus sadar bahwa mereka adalah mahluk individu sekaligus mahluk sosial yang akhirnya dalam proses perkembanganya anak berhasil sebagai mahluk individu dan berhasil dalam kehdupan sosial, keberhasilan inilah yang nantinya akan menemukan kesuksesan anak dalam proses pencarian jati diri mereka sebagai Manusia.


BAB IV
KESIMPULAN
Pengawasan orang tua kepada anak yang menginjak masa remaja sangat dibutuhkan oleh anak itu sendiri , apalagi anak yang sedang dalam proses mencari jati dirinya. Remaja sering kali melenceng dalam proses pencarian jati dirinya, dimana mereka bahkan tidak peduli dengan kehidupan sosial nya. Peran orang tua sangat dibutuhkan untuk memberi pemahaman kepada anak-anak mereka yang mulai memasuki masa remaja tentang perlunya pemahaman pencarian jati diri yang memperhatikan status manusia bukan hanya sebagai mahluk individu tetapi juga mahluk sosial kepada anak.
Jati diri yang dapat ditumbuhkan pada umumnya terjadi melalui sosialisasi lingkungan melalui proses interaksi stimulis respons yang terjadi secara serial. Itu berarti dari lingkungan anak juga dapat terbangun jati dirinya. Lingkungan yang kondusif untuk membangun jati diri anak, menurut saya dapat dibedakan menjadi dua hal, yakni: lingkungan alam yang telah tersedia di lingkungan kita dan lingkungan artifi cial atau lingkungan yang diciptakan.
Hubungan Teori motivasi jadi sangat berkaitan dengan proses pembentukan jati diri yakni suatu sikap untuk mempengaruhi seorang anak agaar termotivasi dalam dirinya , dengan termotivasi nya diri anak itu akan membuat anak dalam mencari jati dirinya tidak kehilangan arah , dan membuat anak berpikir dalam proses menentukan jati dirinya , mereka setidaknya sadar bahwa dalam proses pencarian jati diri harus sadar bahwa mereka adalah mahluk individu sekaligus mahluk sosial yang akhirnya dalam proses perkembanganya anak berhasil sebagai mahluk individu dan berhasil dalam kehdupan sosial, keberhasilan inilah yang nantinya akan menemukan kesuksesan anak dalam proses pencarian jati diri mereka sebagai Manusia.



 DAFTAR PUSTAKA
abbymaulanaputra911.blogspot.com/2012/01/teori-teori-motivasi.html
Effendi, R. dan Setiadi, E.M. (2010). Pendidikan Lingkungan, Sosial, Budaya dan Teknologi. Bandung: UPI Press.
Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono. Teori-teori psikologi social. 2005. PT Raja grafindo Persada
            Tenaga Pengajar Perguruan Tinggi Se-Indonesia. Depdikbud. Dirjen Penti. Jakarta.

Suprihadi,S.M.H. 1984. Manusia, alam dan Lingkungan. Depdikbud. Jakarta.





0 komentar:

By :
Free Blog Templates