BAB 1
A. PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang
paling sempurna dari makhluk lainnya. Dengan segala kelebihan yang dimiliki
manusia dibanding makhluk lainnya membuat manusia memiliki kedudukan atau
derajat yang lebih tinggi. Manusia juga disertai akal, pikiran, perasaan
sehingga manusia dapat memenuhi segala keinginannya yang diberikan Tuhan YME.
Manusia adalah mahluk hidup ciptaan tuhan dengan
segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami
kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, dan mati. Serta terkait serta
berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik,
baik itu positis maupun negatif.
Manusia juga sebagai mahkluk individu memiliki
pemikiran-pemikiran tentang apa yang menurutnya sesuai ketika tindakan-tindakan
yang ia ambil dan sebagai makhluk sosial yang saling berhubungan dan
keterkaitannya dengan lingkungan dan tempat tinggalnya.
Manusia sering kali mengalami masalah, masalah itulah
yang membuat mereka sebagai mahluk individual akhirnya harus menyelesaikanya.
Permasalahan manusia bermacam-macam ada yang mengenai lingkungan keluarganya,
lingkungan sekolah, lingkungan sosial dll yang berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari.
Manusia sendiri dalam tahap perkembanganya bertahap
dari masa kanak-kanak, remaja dan masa perkembangan. Dalam tahap perkembangan
itulah seorang manusia atau bisa disebut dengan seorang anak mulai mencari jati
dirinya sebagai mahluk yang diciptakan untuk bergaul dalam kehidupan sosial.
Pada makalah ini saya akan membahas mengenai masalah
seorang anak yang sedang mencari jati diri nya tetapi terlalu dikekang oleh
orang tuanya.
2.
Rumusan
Masalah
1.
Apakah yang
dimaksud pengertian manusia sebagai mahluk individu?
2.
Apakah yang
dimaksud pengertian manusia sebagai mahluk sosial
3.
Bagaimanakah
Pengembangan manusia sebagai mahluk individu dan sosial
4.
Bagaimanakah perkembangan
manusia (anak) yang mencari jati dirinya sebagai mahluk individual dan mahluk
sosial?
5.
Apakah yang
dimaksud dengan teori motivasi dan bagaimanakah hubungan nya dengan seorang
anak yang sedang mencari jati dirinya?
3.
Tujuan
Makalah
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui:
1.
Pengertian
manusia sebagai mahluk individu
2.
Pengertian
manusia sebagai mahluk sosial
3.
Pengembangan
manusia sebagai mahluk individu dan sosial
4.
Perkembangan
anak dan jati dirinya sebagai mahluk individu dan sosial
5.
Hubungan teori
motivasi dengan jati diri
6.
BAB
II
B.
MANUSIA SEBAGAI MAHLUK INDIVIDU DAN MAHLUK SOSIAL
1.
Pengertian Manusia sebagai mahluk Individu
Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah swt. yang pada hakikatnya
mereka sebagai makhluk individu. Adapun yang dimaksud individu menurut(Effendi,
2010: 37) adalah berasal dari kata in
dan divided. Dalam bahasa Inggris in mengandung pengertian tidak, sedangkan divided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi atau
satu kesatuan. Dalam hal ini, artinya bahwa manusia sebagai makhluk individu
merupakan kesatuan aspek jasmani dan rohani atau fisik dan psikologis, apabila
kedua aspek tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tersebut tidak
dapat dikatakan sebagai individu.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki keunikan atau ciri khas
masing-masing, tidak ada manusia yang persis sama meskipun terlahir kembar.
Secara fisik mungkin manusia akan memiliki banyak persamaan namun secara
psikologis akan banyak menunjukan perbedaan. Ciri khas dan perbedaan tersebut
sering disebut dengan kepribadian. Kepribadian seseorang akan sangan
dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungannya.
Menurut Nursid Sumaatmadja
(Effendi, 2010:39) kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang
merupakan hasil interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fisikal (fisik dan
psikis) yang terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang
terungkap pada tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya jika
mendapat rangsangan dari lingkungan.Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan
(fenotip) ikut berperan dalam pembentukkan karakteristik yang khas dari
seseorang.Secara normal, setiap manusia memiliki potensi dasar mental yang berkembang
dan dapat dikembangkan yang meliputi (1) minat (sense of interest), (2)
dorongan ingin tahu (sense of curiousity), (3) dorongan ingin membuktikan
kenyataan (sense of reality) (4) dorongan ingin menyelidiki (sense of inquiry),
(5) dorongan ingin menemukan sendiri (sense of discovery). Potensi ini
berkembang jika adanya rangsangan, wadah dan suasana kondusif. Jika fenomena
sosial di lingkungannya telah tumbuh potensi-potensi mental yang normalnya akan
terus berkembang.
Berawal dari potensi-potensi tersebut, manusia sebagai makhluk individu
ingin memenuhi kebutuhan dan kehendaknya masing masing, ingin merealisasikan
dan mengaktualisasikan dirinya. Dalam arti ia memiliki kemampuan untuk
mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Setiap individu akan berusaha
semaksimal mungkin untuk menemukan jati dirinya yang berbeda dengan yang
lainnya, tidak ada manusia yang betul-betul ingin menjadi orang lain, dia tetap
ingin menjadi dirinya sendiri sehingga dia selalu sadar akan
keindividualitasnya.
Menurut Zanti Arbi dan Syahrun (Sadulloh, 2009:81) menyatakan bahwa setiap
orang bertanggung jawab atas dirinya, atas pikiran, perasaan, pilihan, dan
perilakunya. Orang yang betul-betul manusia adalah orang yang bertanggung jawab
penuh. Tidak ada orang lain yang daoat mengambil alih tanggung jawab dalam
hidupnya. Kata hatinya adalah kata hatinya sendiri.
Adapun dalam hal ini sebagai orang tua harus memahami bahwa anak memiliki
potensi untuk berkembang yang ingin menjadi pribadinya sendiri. Anak dalam
perkembangannya akan memperoleh pengeruh dari luar, baik yang disengaja ataupun
yang tidak disengaja, tetapi anak akan mengambil jarak terhadap
pengaruh-pengaruh tersebut. Dia akan memilihnya sendiri. Pengaruh tersebut akan
dia olah secara pribadi, sehingga apa yang dia terima akan merupakan bagian
dari dirinya sendiri sehingga anak menjadi pribadi individu yang berbeda dan
tidak sama dengan yang lainnya. Selain itu, orangtua harus sadar bahwa anak
bukan satu satunya manusia yang berhak untuk mendidik anak tersebut. pendidikan
tidak boleh memaksa anak untuk mengikuti atau menuruti segala kehendaknya,
karena dalam diri anak ada suatu prinsip pembentukan dan pengembangan yang
ditentukan oleh dirinya sendiri.
2.
Pengertian
Manusia sebagai mahluk sosial
Menurut
kodratnya manusia selain sebagai makhluk individu, mereka juga merupakan
makhluk sosial. Adapun yang dimaksud Istilah sosial menurut Kappara”Sosial”
berasal dari akar kata bahasa Latin Socius, yang artinya berkawan atau
masyarakat. Sosial memiliki arti umum yaitu kemasyarakatan dan dalam arti
sempit mendahulukan kepentingan bersama atau masyarakat.
Adapun dalam
hal ini yang dimaksud manusia sebagai makhluk sosial adalah makhluk yang hidup
bermasyarakat, dan pada dasarnya setiap hidup individu tidak dapat lepas dari
manusia lain. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia
selalu hidup bersama dengan manusia lainnya.
Dorongan
masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam
berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat
dalam kehidupannya. Seperti kita ketahui bahwa sejak bayi lahir sampai usia
tertentu manusia adalah mahkluk yang tidak berdaya, tanpa bantuan orang-orang
disekitar ia tidak dapat berbuat apa apa dan untuk segala kebutuhan hidup bayi
sangat tergantung pada luar dirinya seperti orang tuanya khususnya ibunya. Bagi
si bayi keluarga merupakan segitiga abadi yang menjadikelompoksosialpertama di
kenalnya.Pada perjalanan hidup yang selanjutnya keluarg aakan tetap menjadi
kelompok pertama tempat meletakan dasar kepribadian dan proses pendewasaan yang
didalamnya selalu terjadi “sosialisasi” untuk menjadi manusia yang mengetahui
pengetahuan dasar, nilai-nilai, norma sosial dan etika-etika pergaulan.
Manusia
dapat dikatakan makhluk sosial karena pada dirinya terdapat dorongan untuk
berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain, dimana terdapat kebutuhan
untuk mencari berteman dengan orang lain yang
seringdidasariataskesamaanciriataukepentinganmasing masing. Manusia juga tidak
akan bisa hidup sebagaimana manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan
tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa
berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi
kemanusiaannya. Makhluksosial adalah makluk yang terdapat dalam beragam aktivitas
dan lingkungan sosial. Meliputi interaksinya maupun bagaimana kehidupannya dalam
lingkungan lingkungansosial yang menjadi tempat manusia itu tinggal. Tempat mereka
berkembang biak dan melakukan berbagai aktivitas dalam mengisi hidup mereka dengan
berkehidupan sosial.
Dalam hal
ini dapat disimpulkan bahwa anusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan:
a.
Manusia
tunduk pada aturan, norma sosial.
b.
Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian
dari orang lain.
c.
Manusia
memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d.
Potensi
manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
3. Pengembangan manusia sebagai
mahluk individu dan mahluk sosial
a. Pengembangan manusia sebagai makhluk individu
Sebagai
makhluk individu yang menjadi satuan terkecil dalam suatu organisasi atau
kelompok, manusia harus memiliki kesadaran diri yang dimulai dari kesadaran
pribadi di antara segala kesadaran terhadap segala sesuatu. Kesadaran diri
tersebut meliputi kesadaran diri di antara realita, self-respect, self-narcisme,
egoisme, martabat kepribadian, perbedaan dan persamaan dengan pribadi lain,
khususnya kesadaran akan potensi-potensi pribadi yang menjadi dasar bagi self-realisation.
Sebagai
makhluk individu, manusia memerlukan pola tingkah laku yang bukan merupakan
tindakan instingtif belaka. Manusia yang biasa dikenal dengan Homo sapiens
memiliki akal pikiran yang dapat digunakan untuk berpikir dan berlaku
bijaksana. Dengan akal tersebut, manusia dapat mengembangkan potensi-potensi
yang ada di dalam dirinya seperti, karya, cipta, dan karsa. Dengan pengembangan
potensi-potensi yang ada, manusia mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia
seutuhnya yaitu makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Perkembangan
manusia secara perorangan pun melalui tahap-tahap yang memakan waktu puluhan
atau bahakan belasan tahun untuk menjadi dewasa. Upaya pendidikan dalam
menjadikan manusia semakin berkembang. Perkembangan keindividualan memungkinkan
seseorang untuk mengmbangkan setiap potensi yang ada pada dirinya secara
optimal.
Sebagai
makhluk individu manusia mempunyai suatu potensi yang akan berkembang jika
disertai dengan pendidikan. Melalui pendidikan, manusia dapat menggali dan
mengoptimalkan segala potensi yang ada pada dirinya. Melalui pendidikan pula
manusia dapat mengembangkan ide-ide yang ada dalam pikirannya dan menerapkannya
dalam kehidupannya sehari-hari yang dapat meningkatkan kualitas hidup manusia
itu sendiri.
b. Pengembangan manusia sebagai
mahluk sosial
Di
dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki
keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu
kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini
menunjukkan kondisi yang interdependensi. Di dalam kehidupan manusia
selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga
masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi dan
interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti
positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari
nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh
interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak
pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan
yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
Pada
zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin
dibuat sendiri. Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga
mempunyai perasaaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan
mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan
pengertian, kasih saying, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional
lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia
berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan
bermasyarakat.
Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki
sifat yang khas yang dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik
merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant
mengatakan, “manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan”. Jadi jika
manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang
sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian
terhadap anak terlantar.
Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan
memberikan kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang. Dengan demikian
manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup bersama
demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam memenuhi
kebutuhan rohani.
BAB
III
C. PERKEMBANGAN ANAK
DAN JATI DIRINYA SEBAGAI MAHLUK INDIVIDU DAN MAHLUK SOSIAL
Dalam
perkembangannya seorang anak mempunyai tahapan-tahapan dimulai dari anak itu
berusia 1-5 tahun, 6-12 tahun, 13 -18 tahun memasuki remaja dan sampai pada
tingkat dewasa. Seorang anak mempunyai permasalahan-permasalahan yang cukup
banyak dalam perkembanganya , diantaranya permasalahan dimana anak itu mencari
jati dirinya yang biasanya .
Banyak orang tua yang tidak menyadari
bahwa anak dalam perkembanganya sedang mencari jati diri sebenarnya ketika anak
itu mulai memasuki remaja. Masa remaja adalah masa transisi atau masa peralihan
dimana tidak bisa disebut orang dewasa namun juga tidak bisa disebut sebagai
anak-anak. Pada masa remaja ini sering kali terjadi krisis identitas, pencarian
identitas diri remaja yaitu usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa
perannya dalam masyarakat.
Selain
sedang mencari jati diri remaja sebenarnya juga perlu beraktualisasi diri atau
perlu pengakuan dari orang lain. Ketika mereka gagal menemukan identitas diri
dan gagal beraktualisasi diri di dalam lingkungan seperti keluarga, sekolah
atupun masyarakat sekitar, maka sering kali remaja mencoba mencari jati diri
dan beraktualisasi di luar lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat
sekitarnya dan sering kali mereka memperoleh jati diri sementara waktu serta
bisa beraktualisasi diri di dalam geng motor-geng motor yang kebetulan menerima
keberedaan diri mereka.
Keikutertaan
remaja-remaja ini ke dalam geng motor juga sering kali dipicu oleh lingkungan sosial seperti keluarga, sekolah dan masyarakat yang kurang
mendukung serta kurang memberikan ruang bagi para remaja untuk beraktualisasi
diri dan juga dalam upaya remaja tersebut menemukan identitas dirinya sendiri.
Ketika para remaja tersebut beraktualisasi dan sudah berada di dalam kelompok geng motor maka secara perlahan mereka akan menerima nilai-nilai yang ada dalam kelompok geng motor tersebut. Nilai-nilai ini antara lain adalah solidaritas dan juga rasa senasib sepenanggungan, serta rasa tanggung jawab bersama meskipun dalam hal-hal yang salah.
Ketika para remaja tersebut beraktualisasi dan sudah berada di dalam kelompok geng motor maka secara perlahan mereka akan menerima nilai-nilai yang ada dalam kelompok geng motor tersebut. Nilai-nilai ini antara lain adalah solidaritas dan juga rasa senasib sepenanggungan, serta rasa tanggung jawab bersama meskipun dalam hal-hal yang salah.
Pengawasan
orang tua kepada anak yang menginjak masa remaja sangat dibutuhkan oleh anak
itu sendiri , apalagi anak yang sedang dalam proses mencari jati dirinya.
Remaja sering kali melenceng dalam proses pencarian jati dirinya, dimana mereka
bahkan tidak peduli dengan kehidupan sosial nya. Peran orang tua sangat
dibutuhkan untuk memberi pemahaman kepada anak-anak mereka yang mulai memasuki
masa remaja tentang perlunya pemahaman pencarian jati diri yang memperhatikan
status manusia bukan hanya sebagai mahluk individu tetapi juga mahluk sosial
kepada anak.
Dengan
pemahaman kepada anak yang diberikan orang tua mengenai status manusia sebagai
mahluk individu juga mahluk sosial, setidaknya memberikan gambaran kepada anak
dalam proses pencarian jati diri agar tidak melenceng dengan perbuatan-perbuatan
yang buruk.
Seorang
remaja yang ikut gank motor tadi
misalkan bisa di cegah dengan pemberian pengetahuan mengenai kehidupan sosial
sebagai mahluk individu bagaimana cara bersikap di dalam kehidupan
bermasyarakat , dan bagaimana mereka bisa menyesuaikan diri mereka ke dalam
lingkungan. Karena proses pencarian jati diri pada seorang anak bisa didapatkan
secara bertahap dengan melakukan hal-hal yang baik dalam perkembangannya.
Jati diri yang dapat ditumbuhkan
pada umumnya terjadi melalui sosialisasi lingkungan melalui proses interaksi
stimulis respons yang terjadi secara serial. Itu berarti dari lingkungan anak
juga dapat terbangun jati dirinya. Lingkungan yang kondusif untuk membangun
jati diri anak, menurut saya dapat dibedakan menjadi dua hal, yakni: lingkungan
alam yang telah tersedia di lingkungan kita dan lingkungan artifi cial atau
lingkungan yang diciptakan.
D.
HUBUNGAN TEORI MOTIVASI DENGAN JATI DIRI
Dalam
proses pencarian jati diri seorang anak yang menginjak masa remaja berhubungan
dengan teori motivasi. Teori motivasi Motif
seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut
merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif tersebut merupakan
suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk
bertingkah- laku, dan di dalam perbuatanya itu mempunyai tujuan tertentu.
Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu di mulai dengan motivasi
(niat).
Menurut Wexley
& Yukl (dalam As’ad, 1987) motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif,
dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif.
Sedangkan menurut Mitchell (dalam Winardi, 2002) motivasi mewakili proses-
proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya
persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan
tertentu. Sedangkan menurut Gray (dalam Winardi, 2002) motivasi merupakan
sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu,
yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal
melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu.
Morgan (dalam Soemanto, 1987) mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah: keadaan yang mendorong tingkah laku ( motivating states ), tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut ( motivated behavior ), dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut ( goals or ends of such behavior ). McDonald (dalam Soemanto, 1987) mendefinisikan motivasi sebagai perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi mencapai tujuan. Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula (Suprihanto dkk, 2003).
Soemanto (1987) secara umum mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan bagi tingkahlaku mencapai tujuan,telah terjadi di dalam diri seseorang.
Morgan (dalam Soemanto, 1987) mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah: keadaan yang mendorong tingkah laku ( motivating states ), tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut ( motivated behavior ), dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut ( goals or ends of such behavior ). McDonald (dalam Soemanto, 1987) mendefinisikan motivasi sebagai perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi mencapai tujuan. Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula (Suprihanto dkk, 2003).
Soemanto (1987) secara umum mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan bagi tingkahlaku mencapai tujuan,telah terjadi di dalam diri seseorang.
Dari uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah merupakan sejumlah proses- proses
psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya
persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan
tertentu, baik yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu,
yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi.
(sumber : http://www.solopos.com)
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Motivasi Motivasi sebagai proses batin atau proses psikologis
dalam diri seseorang, sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut antara lain :
1. Faktor Ekstern
Lingkungan kerja Pemimpin dan kepemimpinannya Tuntutan
perkembangan organisasi atau tugas Dorongan atau bimbingan atasan .
2. Faktor Intern
Pembawaan individuTingkat pendidikan
Pengalaman masa lampau Keinginan atau harapan masa depan.
Sumber lain
mengungkapkan, bahwa didalam motivasi itu terdapat suatu rangkaian interaksi
antar berbagai faktor. Berbagai faktor yang dimaksud meliputi : Individu dengan
segala unsur-unsurnya : kemampuan dan ketrampilan, kebiasaan, sikap dan sistem
nilai yang dianut, pengalaman traumatis, latar belakang kehidupan sosial budaya,
tingkat kedewasaan, dsb. Situasi dimana individu bekerja akan menimbulkan
berbagai rangsangan: persepsi individu terhadap kerja, harapan dan cita-cita
dalam keja itu sendiri, persepsi bagaimana kecakapannya terhadap kerja,
kemungkinan timbulnya perasaan cemas, perasaan bahagia yang disebabkan oleh
pekerjaan.
Proses penyesuaian
yang harus dilakukan oleh masing-masing individu terhadap pelaksanaan
pekerjaannya. Pengaruh yang datang dari berbagai pihak : pengaruh dari sesama
rekan, kehidupan kelompok maupun tuntutan atau keinginan kepentingan keluarga,
pengaruh dari berbagai hubungan di luar pekerjaan Reaksi yang timbul terhadap pengaruh individu
Perilaku atas perbuatan yang ditampilkan oleh individu Timbulnya persepsi dan
bangkitnya kebutuhan baru, cita-cita dan tujuan.
Jenis-jenis motivasi ada motivasi positif dan motivasi negatif,
motivasi positif adalah proses untuk mencoba mempengaruhi orang lain agar
menjalankan sesuatu yang kita inginkan dengan cara memberikan kemungkinan untuk
mendapatkan hadiah. Motivasi negatif adalah proses untuk mempengaruhi seseorang
agar mau melakukan sesuatu yang kita inginkan tetapi teknik dasar yang
digunakan adalah lewat kekuatan ketakutan.
Bukti yang paling dasar terhadap keberhasilan suatu bentuk motivasi adalah hasil yang diperoleh dari pelaksanaan suatu pekerjaan.
Bukti yang paling dasar terhadap keberhasilan suatu bentuk motivasi adalah hasil yang diperoleh dari pelaksanaan suatu pekerjaan.
Hubungan
Teori motivasi jadi sangat berkaitan dengan proses pembentukan jati diri yakni
suatu sikap untuk mempengaruhi seorang anak agaar termotivasi dalam dirinya ,
dengan termotivasi nya diri anak itu akan membuat anak dalam mencari jati
dirinya tidak kehilangan arah , dan membuat anak berpikir dalam proses
menentukan jati dirinya , mereka setidaknya sadar bahwa dalam proses pencarian
jati diri harus sadar bahwa mereka adalah mahluk individu sekaligus mahluk
sosial yang akhirnya dalam proses perkembanganya anak berhasil sebagai mahluk
individu dan berhasil dalam kehdupan sosial, keberhasilan inilah yang nantinya
akan menemukan kesuksesan anak dalam proses pencarian jati diri mereka sebagai
Manusia.
BAB
IV
KESIMPULAN
Pengawasan
orang tua kepada anak yang menginjak masa remaja sangat dibutuhkan oleh anak
itu sendiri , apalagi anak yang sedang dalam proses mencari jati dirinya.
Remaja sering kali melenceng dalam proses pencarian jati dirinya, dimana mereka
bahkan tidak peduli dengan kehidupan sosial nya. Peran orang tua sangat
dibutuhkan untuk memberi pemahaman kepada anak-anak mereka yang mulai memasuki
masa remaja tentang perlunya pemahaman pencarian jati diri yang memperhatikan
status manusia bukan hanya sebagai mahluk individu tetapi juga mahluk sosial
kepada anak.
Jati diri yang dapat ditumbuhkan
pada umumnya terjadi melalui sosialisasi lingkungan melalui proses interaksi
stimulis respons yang terjadi secara serial. Itu berarti dari lingkungan anak
juga dapat terbangun jati dirinya. Lingkungan yang kondusif untuk membangun
jati diri anak, menurut saya dapat dibedakan menjadi dua hal, yakni: lingkungan
alam yang telah tersedia di lingkungan kita dan lingkungan artifi cial atau
lingkungan yang diciptakan.
Hubungan
Teori motivasi jadi sangat berkaitan dengan proses pembentukan jati diri yakni
suatu sikap untuk mempengaruhi seorang anak agaar termotivasi dalam dirinya ,
dengan termotivasi nya diri anak itu akan membuat anak dalam mencari jati
dirinya tidak kehilangan arah , dan membuat anak berpikir dalam proses
menentukan jati dirinya , mereka setidaknya sadar bahwa dalam proses pencarian
jati diri harus sadar bahwa mereka adalah mahluk individu sekaligus mahluk
sosial yang akhirnya dalam proses perkembanganya anak berhasil sebagai mahluk
individu dan berhasil dalam kehdupan sosial, keberhasilan inilah yang nantinya
akan menemukan kesuksesan anak dalam proses pencarian jati diri mereka sebagai
Manusia.
DAFTAR PUSTAKA
abbymaulanaputra911.blogspot.com/2012/01/teori-teori-motivasi.html
Effendi, R. dan Setiadi, E.M.
(2010). Pendidikan Lingkungan, Sosial,
Budaya dan Teknologi. Bandung: UPI Press.
Prof. Dr. Sarlito Wirawan
Sarwono. Teori-teori psikologi social. 2005. PT Raja grafindo Persada
Tenaga Pengajar Perguruan Tinggi
Se-Indonesia. Depdikbud. Dirjen Penti. Jakarta.
Suprihadi,S.M.H.
1984. Manusia, alam dan Lingkungan. Depdikbud. Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar